
SANANA– Dalam press release setelah debat publik calon Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Sula yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di ruang rapat paripurna DPRD Sula, Selasa, (5/11/2024) kemarin, kini pasangan calon nomor urut 3 Hendrata Thes dan Muhamad Nasir Sangadji (HT-MANIS) memberikan jawaban melalui siaran pers dengan tegas atas isu proyek mangkrak yang dilontarkan oleh pasangan calon nomor urut 2 (FAM-SAH).
Menurut HT-MANIS, isu ini perlu diluruskan agar publik mendapatkan gambaran yang utuh dan objektif mengenai kelanjutan pembangunan di Kepulauan Sula.
“Proyek Mangkrak Justru Terjadi karena Tidak Konsistennya Kebijakan Paslon 02,” Tegas HT-MANIS.
Hendrata menekankan bahwa sebagian besar proyek yang disebut
mangkrak sebenarnya sudah berada dalam tahap anggaran dan
pelaksanaan sebelum pemerintahan berganti.
Namun, kata dia, ketika pasangan FAM-SAH memegang kendali, beberapa proyek yang telah direncanakan
oleh pemerintahan sebelumnya dihentikan tanpa penjelasan yang jelas yang akhirnya menyebabkan keterlambatan dan penundaan
pembangunan.
“Pembangunan itu butuh kesinambungan. Apa yang terjadi selama ini justru menunjukkan kurangnya komitmen dari pasangan incumbent untuk meneruskan proyek yang telah direncanakan dan disetujui oleh masyarakat,” ujarnya.
2. Jembatan Baleha Tahap II: Anggaran Dihentikan dan Digantikan Proyek Lain yang Tak Diselesaikan HT-MANIS mengklarifikasi bahwa Jembatan Baleha Tahap II sebenarnya sudah dialokasikan dana sebesar Rp 7,5 miliar pada tahun 2021. Namun, setelah pergantian pemerintahan, pembangunan jembatan tersebut dihentikan dengan alasan kesalahan konstruksi tanpa penjelasan teknis yang memadai. Bahkan, anggaran yang dialokasikan kemudian dialihkan ke proyek lain, yakni Peningkatan Jalan Baleha-Fatkauyon senilai Rp.4,83 miliar dan Pemasangan Perindustrian di Wisata Tanjung Waka sebesar Rp.2,7 miliar. Ironisnya, kedua proyek tersebut pun tidak berhasil diselesaikan hingga akhir tahun anggaran 2021.
2. Jembatan Kali Bugis: Penegakan Hukum Telah Dilakukan Terkait Jembatan Kali Bugis, HT-MANIS menjelaskan bahwa proyek ini telah melalui proses hukum, dan sejumlah pihak yang bertanggung jawab telah ditindak dengan tegas, termasuk beberapa yang sudah menjalani hukuman penjara. Penegakan hukum ini menunjukkan bahwa langkah pertanggungjawaban sudah ditempuh sesuai aturan yang berlaku.
3. Bendungan Kaporo: Potensi yang Terbengkalai Akibat Kurangnya Dukungan Program Bendungan Kaporo, yang seharusnya menjadi sumber irigasi bagi petani di Kaporo, menjadi salah satu bukti nyata kurangnya kesinambungan pembangunan. HT-MANIS menyatakan bahwa bendungan ini audah bisa dimanfaatkan masyarakat, tetapi karena kurangnya program dukungan pertanian dari pemerintahan FAM-SAH, potensi bendungan tersebut tidak dirasakan secara maksimal oleh masyarakat.
Komitmen HT-MANIS untuk Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan.
Ko Heng sapaan akrab Hendrata Thes ini menegaskan bahwa jika terpilih, pasangan HT-MANIS akan menerapkan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan, dengan
memastikan setiap proyek yang direncanakan dapat diselesaikan dan
memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Kepulauan Sula.
“Kami berkomitmen untuk mengutamakan pembangunan yang konsisten dan berkesinambungan. Setiap proyek yang dimulai harus selesai dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” tambahnya.
Mewujudkan “Bau Bisa Sua” dengan Program Nyata.
HT-MANIS juga menekankan bahwa “Bau Bisa Sua” atau “Bikin Bagus Tanah Sula” bukan hanya slogan, tetapi wujud komitmen untuk membawa perubahan nyata bagi masyarakat. Kami berjanji akan memastikan transparansi dalam pelaksanaan proyek-proyek publik, melibatkan masyarakat dalam pengawasan, dan melanjutkan program-program yang telah direncanakan tanpa adanya pergantian mendadak yang
menghambat manfaat bagi masyarakat.
“Masyarakat Sula Butuh Kepastian, Bukan Sekadar Janji,” lanjutnya.
Dengan jawaban yang tegas dan komitmen untuk melanjutkan
pembangunan yang tertunda, HT-MANIS mengajak masyarakat Kepulauan Sula untuk memilih pemimpin yang konsisten dalam pembangunan dan
berani mengambil langkah nyata.
“Masyarakat Kepulauan Sula butuh kepastian, bukan sekadar janji-janji yang tidak berkelanjutan. Bersama
kami, mari wujudkan Sula yang maju dan mandiri,” tutup Ko Heng penuh semangat. (red)